Kalau anda membaca buku karangan Douwes Dekker yang berjudul Max Havelaar, yg tidak lain adal
ah gambaran pengalaman dirinya ketika ia menjabat seorang wakil residen di karesidenan lebak yang membawahi beberapa kabupaten Banten sekitar 1850an.
Buku itu menceritakan betapa sedih dan marahnya Dekker, ketika melihat penderitaan para kuli perkebunan kopi yang melarat dan miskin itu diperas oleh para mandor, demang dan bupati yang tidak lain adalah orang Indonesia juga.
Sebagai seorang penguasa ia berusaha untuk memberikan angin segar dengan kebijaksanaan yang memihak para kuli yang diperlakukan tidak adil itu, alih-alih mendapatkan dukungan tetapi tindakannya justru mendapat perlawanan hebat dari para kuli dan mandor yang sebenarnya adalah orang pribumi sendiri, Max diusir dari Indonesia dan kembali ke Belanda. Tetapi Ia terus menyuarakan hak para kuli itu dengan menulis buku Max Havelar, mendesak perusahaan pemerintah Belanda untuk memberi perlakuan adil dan baik, menjamin hidup yang sepadan dan layak bagi para buruh dan kuli.
Buku ini mengubah angin politik dan sosial tidak hanya di Indonesia waktu itu, tetapi juga di banyak bagian dunia. termasuk menjadi inspirasi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Sahabat, Buku ini bisa menjadi inspirasi yang dalam, mudah-mudahan disekitar kita tidak terjadi. seringkali penguasanya tidak kejam, tetapi yang lebih kejam dan semena-mena itu justru “para mandor dan demang “ ( baca : kasiv, kabid, supervisor, kabag, manajer, pimpinan).
Para “demang” ini merasa menjadi raja kecil yang berhak menentukan hidup matinya seseorang diperusahaan, mencari untung dan memeras, tidak mampu dan tidak mau bekerjasama, melindungi kepentingannya sendiri, pek menange dhewe.. kita tentu sedih melihat para demang yang kemaki dan kemlinthi ini.. Dan saya serius berharap mudah-mudahan disekitar kita tidak ada model demang seperti ini. lebih kejam dirinya dibanding penguasanya.
Tetapi kita juga mendapat pelajaran menarik dari si Dekker ini, orang ‘londo’, dengan cap penjajah seringkali digambarkan pribadi yang rakus, kejam, semena-mena, dan tidak bermoral bukan ? Tetapi ia membalikkan pendapat itu. dengan hatinya ia mengasihi para kuli bangsa lain, dan menjadi isnpirasi bagi dunia.
Jangan terburu-buru mencap seseorang karena warna kulitnya, agamanya, bahkan kedudukannya.. mungkin diantara mereka ada juga yang jahat, tetapi percayalah bahwa tidak semua jahat.. ada banyak fakta yang membuktikan justru beberapa orang diantara mereka tindakannya jauh lebih hebat daripada kita dalam membela hak para kuli.
Buku itu menceritakan betapa sedih dan marahnya Dekker, ketika melihat penderitaan para kuli perkebunan kopi yang melarat dan miskin itu diperas oleh para mandor, demang dan bupati yang tidak lain adalah orang Indonesia juga.
Sebagai seorang penguasa ia berusaha untuk memberikan angin segar dengan kebijaksanaan yang memihak para kuli yang diperlakukan tidak adil itu, alih-alih mendapatkan dukungan tetapi tindakannya justru mendapat perlawanan hebat dari para kuli dan mandor yang sebenarnya adalah orang pribumi sendiri, Max diusir dari Indonesia dan kembali ke Belanda. Tetapi Ia terus menyuarakan hak para kuli itu dengan menulis buku Max Havelar, mendesak perusahaan pemerintah Belanda untuk memberi perlakuan adil dan baik, menjamin hidup yang sepadan dan layak bagi para buruh dan kuli.
Buku ini mengubah angin politik dan sosial tidak hanya di Indonesia waktu itu, tetapi juga di banyak bagian dunia. termasuk menjadi inspirasi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Sahabat, Buku ini bisa menjadi inspirasi yang dalam, mudah-mudahan disekitar kita tidak terjadi. seringkali penguasanya tidak kejam, tetapi yang lebih kejam dan semena-mena itu justru “para mandor dan demang “ ( baca : kasiv, kabid, supervisor, kabag, manajer, pimpinan).
Para “demang” ini merasa menjadi raja kecil yang berhak menentukan hidup matinya seseorang diperusahaan, mencari untung dan memeras, tidak mampu dan tidak mau bekerjasama, melindungi kepentingannya sendiri, pek menange dhewe.. kita tentu sedih melihat para demang yang kemaki dan kemlinthi ini.. Dan saya serius berharap mudah-mudahan disekitar kita tidak ada model demang seperti ini. lebih kejam dirinya dibanding penguasanya.
Tetapi kita juga mendapat pelajaran menarik dari si Dekker ini, orang ‘londo’, dengan cap penjajah seringkali digambarkan pribadi yang rakus, kejam, semena-mena, dan tidak bermoral bukan ? Tetapi ia membalikkan pendapat itu. dengan hatinya ia mengasihi para kuli bangsa lain, dan menjadi isnpirasi bagi dunia.
Jangan terburu-buru mencap seseorang karena warna kulitnya, agamanya, bahkan kedudukannya.. mungkin diantara mereka ada juga yang jahat, tetapi percayalah bahwa tidak semua jahat.. ada banyak fakta yang membuktikan justru beberapa orang diantara mereka tindakannya jauh lebih hebat daripada kita dalam membela hak para kuli.
Comments
Post a Comment