Sebuah kalimat yang panjang perlu ada tanda koma (,) sebagai penanda untuk berhenti sebentar mengambil nafas, jeda, sebelum meneruskan kalimat sampai kepada sebuah titik.
Ambillah sebuah gelas dan peganglah dengan tangan diatas kepalamu, apakah gelas itu terasa berat bagimu? tentu tidak!, tetapi berapa lamakah anda kuat mempertahankan dengan posisi tersebut ?, kalau anda bertahan selama satu jam saja tangan anda akan terasa ngilu dan capek.
Artinya bukan seberapa berat beban itu ditanggung, tetapi seberapa lama beban itu anda pikul..bukanlah sesekali diperlukan untuk meletakkan beban itu sekalipun anda harus mengangkatnya kembali?
Sahabat,
Jeda itu penting !, supaya kita berhenti sejenak, untuk melepas beban sekalipun hanya sebentar agar membuat diri kita segar kembali.
Jeda itu penting! agar kita dapat merefresh diri. Tidak selamanya kita harus selalu kelihatan hebat, selalu kelihatan aktif dan sibuk, hidup seperti itu menjadi sangat menegangkan..tidak manusiawi!
Jeda itu penting! agar kita bisa merefleksi diri, berkaca dari semua kesalahan untuk lebih menjadi manusia bijak..
Jeda itu penting! supaya hidup ini tidak jenuh, menjemukan dan monoton! ada sisi-sisi lain yang sering kita tidak melihatnya bila bisa bisa jeda sebentar. mungkin kita bisa melihat kesehatan kita, keluarga dan saudara kita yang jarang kita perhatikan kesenangan dan hoby kita yang sudah lama kita tinggalkan.
Jeda itu penting! untuk berhitung, mengatur strategi, melihat kekurangan dan kelebihan, untuk belajar agar kita menjadi manusia yang semakin terasah dan semakin hebat.
Jeda itu penting! karena kita punya waktu untuk mengasah sisi spiritual kita kepada Pencipta kita, Dengan begitu kita bisa menghayati untuk menjadi manusia yang lebih bersyukur dan bersandar kepadaNya..
“Pemberian nota atau kuitansi sesuai dengan nilai transaksi asli. Mohon maklum, terima kasih.” Tulisan itu terpampang di ruang kasir Rumah Makan Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut di Ungaran, Jawa Tengah. Pemiliknya, Fachrudien Putra, tak memberi stempel pada nota kosong atau yang dimanipulasi. ”Kalau ada yang minta kuitansi kosong, saya pasti bertanya, untuk apa? Saya hanya takut nanti disalahgunakan,” katanya. Banyak konsumen minta nota atau kuitansi kosong: diberi stempel dan tanda tangan, tetapi tanpa jumlah transaksi sesungguhnya, Fachrudien berpikir, pemberian nota kosong dapat merusak citra rumah makannya. Apalagi, rumah makan itu bisnis waralaba sehingga jika harga berbeda bisa muncul masalah. Mereka yang minta nota kosong bisa dari berbagai kalangan. Ada pemerintah, karyawan swasta, hingga mahasiswa. Ketika tulisan sudah ada di kasir, masih saja ada orang yang minta. Pihak rumah makan konsisten. ”Kalau saya memberi toleransi untuk memenuhi permintaan nota kosong, hal
Comments
Post a Comment