Kalau anda membaca cerita-cerita heroik yang melegenda, selalu disuguhkan kisah kesatria yang membanggakan. kalau toh sang tokoh harus mati, ia mati secara terhormat, duel sampai titik darah penghabisan, dan namanya harum sebagai seorang pahlawan.
Tetapi dalam kisah pemberontakan dalam buku “I Maccabeus” , Sang tokoh bertempur mati-matian dengan raja Antiokhus V yang sedang menunggang gajah. Maccabeus melaksanakan aksi heroik untuk membunuh raja Antiokhus dengan cara ia melompat dibawah gajah dan menikam perut gajah dengan tombak, maksudnya supaya raja antiokus terjatuh dan duel dengannya.
Tetapi yang terjadi sungguh konyol. karena gajah itu mati akibat tikaman tombaknya dan jatuh tepat menimpa Maccabeus dan ia mati seketika karena tertindih gajah..!!
Sahabat,
Dalam pertempuran kehidupan sering kita jumpai para raja yang menunggang gajah ( baca: perusahaan ).. Ketika para “pahlawan” mencoba membunuh gajah.. hati-hati itu bisa jadi membunuh dirinya sendiri..!!
Kalau Demo bertujuan untuk menaikkan nilai tawar untuk saling menghargai dan saling menguntungkan dan “memaksa” pihak-pihak yang terkait untuk duduk bersama membicarakan nasib mereka kedepan itu sih sah-sah saja..
Tetapi hati hati bila mencoba membunuh Gajahnya..dengan tindakan-tindakan konyol, tidak terpuji, sumpah serapah, sampai merusak, dan perusahaan sampai tutup beneran, berapa banyak orang yang akan “mati” karena gajah yang dibunuh itu ?...
Berfikir jernih lebih baik.. untuk menemukan win-win solution..
“Pemberian nota atau kuitansi sesuai dengan nilai transaksi asli. Mohon maklum, terima kasih.” Tulisan itu terpampang di ruang kasir Rumah Makan Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut di Ungaran, Jawa Tengah. Pemiliknya, Fachrudien Putra, tak memberi stempel pada nota kosong atau yang dimanipulasi. ”Kalau ada yang minta kuitansi kosong, saya pasti bertanya, untuk apa? Saya hanya takut nanti disalahgunakan,” katanya. Banyak konsumen minta nota atau kuitansi kosong: diberi stempel dan tanda tangan, tetapi tanpa jumlah transaksi sesungguhnya, Fachrudien berpikir, pemberian nota kosong dapat merusak citra rumah makannya. Apalagi, rumah makan itu bisnis waralaba sehingga jika harga berbeda bisa muncul masalah. Mereka yang minta nota kosong bisa dari berbagai kalangan. Ada pemerintah, karyawan swasta, hingga mahasiswa. Ketika tulisan sudah ada di kasir, masih saja ada orang yang minta. Pihak rumah makan konsisten. ”Kalau saya memberi toleransi untuk memenuhi permintaan nota kosong, hal
Comments
Post a Comment