Seperti yang ditulis kompas.com 19 Oktober 2012, bahwa berbicara soal narkoba, tidak bisa dilepaskan dari alkohol dan rokok. seharusnya penanganan ketiga masalah ini menjadi satu paket.
Kenapa demikian? Ketiga racun ini "rokok, narkoba, alkohol" sama-sama membawa dampak buruk buat kesehatan seseorang, sama-sama bersifat adiksi (ketagihan). Karena sifat ketagihan ini, sangat sulit bagi seseorang yang sudah adiksi untuk melepaskan diri dari ketiga bahan berbahaya ini.
Kecenderungan para perokok remaja akan mencoba alkohol, dan akhirnya narkoba. Penelitian di Universitas Colombia Amerika Serikat (mudah-mudahan tidak terjadi di Indonesia) menunjukkan, para perokok remaja akan cenderung minum alkohol 5 kali lipat, dan menggunakan mariyuana 13 kali lipat dibandingkan remaja yang tidak merokok.
Pasien dengan riwayat narkoba suntik, akan berisiko tertular virus HIV atau virus Hepatitis C atau B. Suami atau istri dari pengguna narkoba suntik ini juga berisiko kalau mereka punya anak. Anak yang mereka akan lahirkan juga berisiko untuk terjangkit virus HIV atau hepatitis ini.
Dalam jangka panjang, akan terjadi gangguan pada saluran pencernaan baik kerongkongan (GERD) atau lambung (gastritis kronik) akibat penggunaan alkohol jangka panjang. Liver, pankreas juga akan rusak pada penggunaan jangka panjang.
Bicara soal rokok, rasanya kita semua sudah paham bahwa rokok akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ kita dari yang akut sampai kronis, dari yang ringan sampai mematikan. Kalau dikatakan bahwa ada para perokok yang tetap sehat walau sudah berusia lanjut, ini karena semata-mata sebenarnya mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk mendapatkan dampak buruk dari merokok tersebut.
Sekali lagi, kita bisa lihat nasib beberapa tokoh nasional yang merokok, meninggal karena kanker sehingga menyesali kenapa tidak mengindahkan anjuran kesehatan untuk tidak merokok. Mudah mudahan peristiwa gadis model yang menabrak 7 orang karena pengaruh alkohol dan tawuran karena akibat minuman alkohol sudah cukup untuk menjadi pengalaman berharga bagi kita untuk dapat berfikir panjang demi kesehatan kita sendiri.
Selamat menaga kesehatan...
“Pemberian nota atau kuitansi sesuai dengan nilai transaksi asli. Mohon maklum, terima kasih.” Tulisan itu terpampang di ruang kasir Rumah Makan Bebek dan Ayam Goreng Pak Ndut di Ungaran, Jawa Tengah. Pemiliknya, Fachrudien Putra, tak memberi stempel pada nota kosong atau yang dimanipulasi. ”Kalau ada yang minta kuitansi kosong, saya pasti bertanya, untuk apa? Saya hanya takut nanti disalahgunakan,” katanya. Banyak konsumen minta nota atau kuitansi kosong: diberi stempel dan tanda tangan, tetapi tanpa jumlah transaksi sesungguhnya, Fachrudien berpikir, pemberian nota kosong dapat merusak citra rumah makannya. Apalagi, rumah makan itu bisnis waralaba sehingga jika harga berbeda bisa muncul masalah. Mereka yang minta nota kosong bisa dari berbagai kalangan. Ada pemerintah, karyawan swasta, hingga mahasiswa. Ketika tulisan sudah ada di kasir, masih saja ada orang yang minta. Pihak rumah makan konsisten. ”Kalau saya memberi toleransi untuk memenuhi permintaan nota kosong, hal
Comments
Post a Comment